Wikipedia

Hasil penelusuran

Awal sebuah harapan

Dengan Pendidikan, Sebuah Harapan Akan Selalu Ada.

Sebuah langkah kecil

Sebuah langkah kecil yang akan mampu merubah sebuah bangsa.

Untuk sebuah tujuan mulia

Indonesia Jaya...!!!!!!!.

Sabtu, 16 Mei 2015

Kuantitas ke kualitas Pendidikan



Setelah hampir 70 tahun merdeka, bagaimana hasil dari proses pendidikan yang telah dilakukan oleh bangsa ini? jawabannya mungkin sangat beragam, bisa sangat sukses, sukses, sedang, kurang atau kurang sekali tergantung dari perpektif mana mata ini di arahkan. Jika mata kita arahkan di sudut pandang pemerataan mungkin sudah cukup baik mengingat hampir semua daerah di Indonesia terdapat Sekolah yang walaupun di beberapa daerah untuk menjangkaunya dibutuhkan usaha yang terkandang sampai mempertaruhkan nyawa. Secara garis besar dapat kita tarik kesimpulan bahwa kemajuan pendidikan yang sifatnya horizontal sudah cukup mengalami kemajuan daibandingkan dengan beberapa tahun yang lalu, namun jika kita palingkan mata pada hasil dari proses pendidikan yang sifatnya vertikal akan membuat saya, anda ataupun kita semua secara kompak menilai masih sangat kurang. Menurut Anis Baswedan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan indonesia, saat ini ada beberapa permasalahan yang sedang dihadapi oleh dunia pendidikan di Indonesia antara lain :
  1.  Sebanyak 75 persen sekolah di Indonesia tidak memenuhi standar layanan minimal pendidikan. 
  2.  Nilai rata-rata kompetensi guru di Indonesia hanya 44,5. Padahal, nilai standar kompetensi guru   adalah 75.
  3.  Indonesia masuk dalam peringkat 40 dari 40 negara, pada pemetaan kualitas pendidikan, menurut lembaga The Learning Curve. 
  4. Dalam pemetaan di bidang pendidikan tinggi, Indonesia berada di peringkat 49, dari 50 negara yang diteliti.  
  5. Pendidikan Indonesia masuk dalam peringkat 64, dari 65 negara yang dikeluarkan oleh lembaga Programme for International Study Assessment (PISA), pada tahun 2012. Anies mengatakan, tren kinerja pendidikan Indonesia pada pemetaan PISA pada tahun 2000, 2003, 2006, 2009, dan 2012, cenderung stagnan. 
  6.  Indonesia menjadi peringkat 103 dunia, negara yang dunia pendidikannya diwarnai aksi suap- menyuap dan pungutan liar. Selain itu, Anies mengatakan, dalam dua bulan terakhir, yaitu pada Oktober hingga November, angka kekerasan yang melibatkan siswa di dalam dan luar sekolah di Indonesia mencapai 230 kasus. (Kompas.Com Senin, 1 Desember 2014)
Jika merefleksi bebrabgai permasalahan di atas dapat secara jelas ditarik benang merah dari permasalahan tersebut, yaitu masalah kualitas sehingga pemusatan pencarian solusi untuk mengatasi permasalahan yang ada dalam dunia pendidikan di Indonesia saat ini sudah saatnya di fokuskan untuk hal – hal yang sifatnya vertikal atau membenahi sisi kualitas.
Mengapa kualitas? Ya karena jika hanya terfokus pada kuantitas akan membuat bangsa kita semakin tertinggal denganbangsa – bangsa lain. Jika lebih jauh lagi, mengapa harus takut tertinggal? Ya karena kita mau tidak mau, suka tidak suka pasti akan masuk pada sebuah masyarakat baru, masyarakat yang yang disebut dengan masyarakat global. Bayangkan jika kualitas pendidikan kita dibiarkan seperti ini dalam masyarakat global, bangsa kita akan menjadi bangsa yang kalah, bangsa yang hanya menjadi konsumen dan lebih jauh lagi bisa terulang seperti kejadian sebalum tahun 1945 yaitu bangsa yang terjajah walapun dengan cara yang berbeda. Dalam masyarakat global suatu Negara umumnya dan seseorang pada khususnya tidak akan mampu hidup sendiri. Kompetisi dan kerjasama merupakan suatu keniscayaan. Untuk mencapai suatu kompetisi yang sehat dan agar bangsa kita mampu mempunyai peran yang strategis dalam kerjasama global mutlak diperlukan kualitas SD yang mumpuni. Kualitas SDM yang kompetetitif sesuai dengan bidang keahliannya dan hal tersebut hanya dapat diwujudkan dengan pembangunan sektor pendidikan yang berkualitas.
Pendidikan sejatinya merupakan proses pembebasan, proses penyadaran manusia menjadi manusia yang seutuhnya. Menjadi manusia yang benar – benar sadar akan hakekat hidupnya di Dunia. Pemahaman pendidikan yang selama  ini terjadi sebagian besar hanya terfokus pada penyediaan SDM yang sesuai dengan kebutuhan industri dan melupakan esesnsi pendidikan yang sesungguhnya. Pendidikan seharusnya membantu manusia mengembangkan kemampuan diri mereka sesuai dengan bakat dan minat yang mereka miliki. Membangun mereka sesuai dengan kebutuhan yang mereka butuhkan sehingga mereka (dengan pendidikan yang membebaskan) akan mampu secara sadar menempatkan diri mereka pada posisi yang tepat di arena pertarungan dan dampaknya akan menjadikan manusia tersebut semakin kompetitif dan mampu berperan dengan maksimal.

Senin, 11 Mei 2015

Mengapa Human Capital ?


Sampai dengan dekade 1980an, human capital invesment  masih belum dianggap sebagai faktor penentu keberhasilan sebuah unit bisnis. Pada masa itu konsentrasi masih terpusat pada modal – modal fisik (tangible asset) dibandingkan dengan modal non fisik (intangible asset). Penelitian – penelitian pada masa itu juga menunjukan hal serupa, penelitian empirik sampai tahun 1980an masih menunjukan bahwa human capital  tidak berperan dalam kemajuan sebuah kinerja unit bisnis atau perusahaan. Dalam studinya, Nkomo (1987) meneliti  hubungan antara perencanaan sumber daya manusia dengan kinerja sebuah unit bisnis, dan hasilnya adalah tidak ditemukan adanya korelasi diantaranya. Hal serupa juga ditunjukan dalam penelitian yang dilakukan oleh Delaney, Lewin and Ichniowski (1988, 1989) yang melakukan survei mengenai hubungan antara praktek SDM dengan kinerja keuangan perusahaan. Hasil dari penelitian tersebut juga menunjukan tidak adanya hubungan antara keduanya. Namun demikain, seiring dengan berkembangnya segala aspek – aspek kehidupan manusia mulai terjadi pergeseran peran yang dialami oleh human capital. Mulai dekade 1990an, human capital mulai memegang peran yang lebih dominan sebagai penetu kemajuan sebuah kinerja perusahaan. Penelitian – penelitian yang dilakukan pada era 1990an sampai sekarang menunjukan pengaruh human capital sebagai faktor penting dalam kegiatan operasional perusahaan dan bahkan memegang peran kunci dalam menggerakkan modal – modal fisik lainnya.
Semakin berkembangnya aspek – aspek kehidupan manusia pergeseran peran human capital semakin nyata. Banyak perusahaan – perusahaan yang semakin menggantungkan kemajuan perusahaannya pada sumber daya manusianya. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil penelitian yang dilakukan Brooking Instutution di Amerika Serikat yang meneliti 500 perusahaan dalam kurun waktu 20 tahun terakhir. Hasil dari penelitian tersebut adalah pada tahun 1982, tangible asset merepresentasikan 62% nilai pasar perusahaan, kemudian turun menjadi 38% pada tahun 1992. Studi terakhir yang dilakukan pada tahun 2002 menunjukkan angka penurunan yang  semakin besar menjadi hanya 15%, sementara 85% merupakan intangible asset yang menentukan nilai pasar perusahaan.
Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa seiring berjalannya waktu peran human capital dalam perusahaan semakin besar. Human capital mempunyai peran sebagai penggerak modal – modal lainnya. Human capital juga merupakan faktor utama penggerak suatu unit bisnis atau perusahaan.  

        NB : Tulisan ini diambil dari potongan essay yang pernah ditulis penulis.

Daftar pustaka :

Delaney, Lewin, and Ichniowski, C. 1988. Human resource management policies and practices in American firms. New York: Industrial Relations Research Centre, Graduate School of Columbia University.


Nkomo, S.M. 1987. Human resource planning and organisational performance: An exploratory analysis. Strategic Management Journal, 8: 387-392.