Setelah hampir 70 tahun merdeka,
bagaimana hasil dari proses pendidikan yang telah dilakukan oleh bangsa ini?
jawabannya mungkin sangat beragam, bisa sangat sukses, sukses, sedang, kurang
atau kurang sekali tergantung dari perpektif mana mata ini di arahkan. Jika mata
kita arahkan di sudut pandang pemerataan mungkin sudah cukup baik mengingat
hampir semua daerah di Indonesia terdapat Sekolah yang walaupun di beberapa
daerah untuk menjangkaunya dibutuhkan usaha yang terkandang sampai
mempertaruhkan nyawa. Secara garis besar dapat kita tarik kesimpulan bahwa
kemajuan pendidikan yang sifatnya horizontal sudah cukup mengalami kemajuan
daibandingkan dengan beberapa tahun yang lalu, namun jika kita palingkan mata
pada hasil dari proses pendidikan yang sifatnya vertikal akan membuat saya,
anda ataupun kita semua secara kompak menilai masih sangat kurang. Menurut Anis Baswedan Menteri
Pendidikan Dan Kebudayaan indonesia, saat ini ada beberapa permasalahan yang
sedang dihadapi oleh dunia pendidikan di Indonesia antara lain :
- Sebanyak 75 persen sekolah di Indonesia tidak memenuhi standar layanan minimal pendidikan.
- Nilai rata-rata kompetensi guru di Indonesia hanya 44,5. Padahal, nilai standar kompetensi guru adalah 75.
- Indonesia masuk dalam peringkat 40 dari 40 negara, pada pemetaan kualitas pendidikan, menurut lembaga The Learning Curve.
- Dalam pemetaan di bidang pendidikan tinggi, Indonesia berada di peringkat 49, dari 50 negara yang diteliti.
- Pendidikan Indonesia masuk dalam peringkat 64, dari 65 negara yang dikeluarkan oleh lembaga Programme for International Study Assessment (PISA), pada tahun 2012. Anies mengatakan, tren kinerja pendidikan Indonesia pada pemetaan PISA pada tahun 2000, 2003, 2006, 2009, dan 2012, cenderung stagnan.
- Indonesia menjadi peringkat 103 dunia, negara yang dunia pendidikannya diwarnai aksi suap- menyuap dan pungutan liar. Selain itu, Anies mengatakan, dalam dua bulan terakhir, yaitu pada Oktober hingga November, angka kekerasan yang melibatkan siswa di dalam dan luar sekolah di Indonesia mencapai 230 kasus. (Kompas.Com Senin, 1 Desember 2014)
Jika merefleksi
bebrabgai permasalahan di atas dapat secara jelas ditarik benang merah dari
permasalahan tersebut, yaitu masalah kualitas sehingga pemusatan pencarian
solusi untuk mengatasi permasalahan yang ada dalam dunia pendidikan di
Indonesia saat ini sudah saatnya di fokuskan untuk hal – hal yang sifatnya
vertikal atau membenahi sisi kualitas.
Mengapa kualitas?
Ya karena jika hanya terfokus pada kuantitas akan membuat bangsa kita semakin
tertinggal denganbangsa – bangsa lain. Jika lebih jauh lagi, mengapa harus
takut tertinggal? Ya karena kita mau tidak mau, suka tidak suka pasti akan
masuk pada sebuah masyarakat baru, masyarakat yang yang disebut dengan
masyarakat global. Bayangkan jika kualitas pendidikan kita dibiarkan seperti
ini dalam masyarakat global, bangsa kita akan menjadi bangsa yang kalah, bangsa
yang hanya menjadi konsumen dan lebih jauh lagi bisa terulang seperti kejadian
sebalum tahun 1945 yaitu bangsa yang terjajah walapun dengan cara yang berbeda.
Dalam masyarakat global suatu Negara umumnya dan seseorang pada khususnya tidak
akan mampu hidup sendiri. Kompetisi dan kerjasama merupakan suatu keniscayaan. Untuk
mencapai suatu kompetisi yang sehat dan agar bangsa kita mampu mempunyai peran
yang strategis dalam kerjasama global mutlak diperlukan kualitas SD yang
mumpuni. Kualitas SDM yang kompetetitif sesuai dengan bidang keahliannya dan
hal tersebut hanya dapat diwujudkan dengan pembangunan sektor pendidikan yang
berkualitas.
Pendidikan sejatinya
merupakan proses pembebasan, proses penyadaran manusia menjadi manusia yang
seutuhnya. Menjadi manusia yang benar – benar sadar akan hakekat hidupnya di
Dunia. Pemahaman pendidikan yang selama
ini terjadi sebagian besar hanya terfokus pada penyediaan SDM yang
sesuai dengan kebutuhan industri dan melupakan esesnsi pendidikan yang
sesungguhnya. Pendidikan seharusnya membantu manusia mengembangkan kemampuan
diri mereka sesuai dengan bakat dan minat yang mereka miliki. Membangun mereka
sesuai dengan kebutuhan yang mereka butuhkan sehingga mereka (dengan pendidikan
yang membebaskan) akan mampu secara sadar menempatkan diri mereka pada posisi
yang tepat di arena pertarungan dan dampaknya akan menjadikan manusia tersebut
semakin kompetitif dan mampu berperan dengan maksimal.